Wednesday, 7 May 2008

Kekuatan Dibalik Kepedihan

Sesungguhnya kepahitan hidup dapat memencarkan kekuatan bila seseorang yang mengalaminya mampu bertindak bijaksana dalam bersikap. Selama ini kebanyakan orang masih memandang kepedihan sebagai hal yang negatif. Memang harus diakui bahwa kepedihan itu pasti tidak enak dirasakan karena begitu menguras perasaan.

Namun perlu disadari bahwa kepedihan tak terelakkan dari kehidupan manusia. Karenanya, kita perlu mempunyai kekuatan lebih supaya dapat menghadapinya. Dan kekuatan itu dapat diperoleh jika seseorang mau melihat sisi positif tiap kesusahan.

Berbagai kesusahan yang menghinggapi manusia kerap memicu lahirnya perasaan-perasaan negatif. Terkadang, seseorang yang tak sanggup lagi menahan beban kesusahan menjadi iri terhadap kehidupan orang lain yang ceria. Selanjutnya, perasaan iri tersebut menyebabkan ia selalu membanding-bandingkan keadaannya dengan orang lain. Bila tindakan membandingkan ini terus dilakukan, maka orang tersebut kehilangan segala keindahan yang ia miliki dalam hidup.

Pada dasarnya resistensi tiap orang tidak sama dalam menanggung suatu problem. Misalnya si A sangat terpukul bila diputus pacar, sedangkan si B memang sedih, namun tidak sampai nelangsa. Oleh karena itu bias jadi bahwa kepedihan itu relatif. Artinya semua orang sebenarnya memiliki kepedihan-kepedihan tersendiri, hanya saja tidak semuanya memperlihatkan dimuka umum. Sebagai bukti bahwa tidak semua kesusahan dipertunjukan adalah orang yang tampaknya sehat sebenarnya sedang mengidap penyakit, atau orang yang kelihatan tersenyum sebenarnya hatinya sedang remuk redam karena kesulitan ekonomi, perceraian orang tuanya, dan pengkhianatan. Dengan pencerahan tersebut, kita jelas bukan satu-satunya yang mengalami kesedihan di dunia ini, sehingga dapat menghindarkan kita dari rasa iri hati terhadap kebahagian orang lain.

Manfaat Posisif Kesusahan

Selain mengerti hal di atas supaya kuat dalam menghadapi kesusahan, kita harus mampu menemukan sisi positif kesusahan bagi diri sendiri maupun buat orang lain. Caranya, hendaknya kita mau melihat kesusahan itu dari sudut pandang yang lebih luas, bahwa sesungguhnya ada kekuatan dibalik tiap kesusahan asalkan kita bijaksana dalam meresponnya. Tuhan tentu menciptakan setiap insan lengkap dengan seperangkat cara alami tiap orang untuk mengatasi persoalan hidup.

Ibarat imunisasi, pertama kali dimasuki sebuah racun tubuh pasti merasa sakit, kemudian terbentuk zat anti body, selanjutnya tubuh menjadi kebal terhadap racun tersebut. Demikian juga bila anda merenungkan secara bijaksana, kepedihan yang mungkin anda alami saat ini merupakan proses membentuk suatu kekuatan yang berguna bagi diri sendiri maupun buat orang lain.

Ketika anda berhasil lolos melewati masa-masa kesusahan, berikutnya anda akan lebih kuat menghadapi persoalan yang sama. Dengan sejenak merasakan derita, anda dapat menilai apa itu arti suatu kebahagiaan. Seseorang tidak menyadari dan merasakan betapa berharganya kesehatan sebelum ia diterpa kesusahan dalam bentuk sakit.

Dengan sakit seseorang menyadari bahwa kesehatan itu mahal. Dengan merasakan rasa sakit seseorang menjadi tahu bahwa sakit itu tidak enak untuk dialami dan dirasakan. Dengan demikian ia menjadi lebih termotivasi dan berhati-hati untuk menjaga kesehatan.

Pengalaman-pengalaman anda dalam menaklukan kepedihan adalah obat / energi yang besar sebagai bahan empati dalam mendampingi orang-orang sekitar anda yang sedang mengalami berbagai persoalan pribadinya.

Saat teman dekat mulai goyah dan kehilangan arah, disinilah kapasitas anda dapat berfungsi sebagai pasir penyedot duka lara teman tersebut bila anda mau terpanggil untuk memberi perhatian kepadanya.

Inilah sebuah nilai baru yang ditawarkan kepada anda; tidak hanya melulu memikirkan diri sendiri melainkan mulai berani melangkah “keluar” siap dengan tulus menghibur dan memperhatikan orang lain, setidaknya orang-orag terdekat anda.

Memancarkan Cahaya Terang

Berdasarkan uraian di atas kita menjadi tahu bahwa kesusahan yang Tuhan izinkan untuk terjadi dalam kehidupan bukan bertujuan untuk menjadikan kita lemah tetapi justru sebaliknya.

Melalui kelemahan, Tuhan ingin agar kita semakin dapat memancarkan kekuatan yang luar biasa. Dan kekuatan yang tersembunyi dalam kesusahan itu baru dapat dirasakan oleh diri sendiri dan terpancar kepada orang lain apabila kita mampu bertindak secara bijaksana dalam menyikapi suatu kesusahan.

Oleh karena itu jika kita sudah tahu akan hal itu hendaknya kita selalu memotivasi diri untuk bertindak benar dalam menyikapi kesusahan yang terjadi dalam hidup. Dengan demikian kita dapat menjadi saluran cahaya terang yang bersinar kuat dalam gelapnya dunia dengan menggunakan kekuatan cahaya terang yang berasal dari kepedihan.

* Sudah pernah dimuat di majalah Psikologi Plus

No comments: